KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Weda sebagai sumber hukum hindu” Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari, dalam
penulisan makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam makalah ini, sangat kami
harapkan. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar isi…………………………………………………………….…………………………..ii
BAB
I Ü PENDAHULUAN
§ Rumusan
Masalah……………………………………………………………...……..1
§ Tujuan
……………………………………………………………………………...…..1
§ Manfaat…………………………………………………………………………………1
BAB
II Ü PEMBAHASAN
§ Pengertian
weda………………………………………………………………………2
§ Bahasa dalam weda…………………..………………………………………………2
§ Weda sebagai sumber hukum hindu dilihat dari sudut pandang
………………..2
§ Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa
dharmasastra……..……………...3
BAB
III Ü PENUTUP
§ Kesimpulan
……………………………………………………………………………9
§ Saran …………………………………………………………………………………...9
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………9
![]() |
BAB
I PENDAHULUAN
Hukum Hindu adalah sebuah tata
aturan yang membahas aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang menyangkut
tata keagamaan, mengatur hak dan kewajiban manusia baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial. Sumber hukum bagi umat hindu adalah kitab suci Veda.
@Rumusan Masalah:
§
Apa
pengertian weda?
§
Bahasa
apa yang digunakan dalam weda?
§
Jelaskan
weda sebagai sumber hukum hindu dilihat dari beberapa sudut pandang!
§
Apa
sumber hukum hindu menurut kitab Manawa dharmasastra?
@Tujuan : Untuk memahami tentang pengertian weda
sebagai sumber hukum hindu
@Manfaat : Dapat
menjadi bahan pembelajaran pendidikan agama hindu khususnya tentang weda
sebagai sumber hukum hindu
![]() |
BAB
II PEMBAHASAN
Pengertian
v Veda berasal dari bahasa
Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu pengetahuan. Bahasa
yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta
dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta
yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok
dalam mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
Weda sumber hukum hindu dilihat dari beberapa
sudut pandang
1.
Weda sebagai sumber hukum dalam
arti sejarah
Sumber hukum hindu dalam arti
sejarah adalah sumber hukum hindu yang digunakan oleh para ahli Hindulogi dalam
peninjauan dan penulisannya mengenai pertumbuhan serta kejadiannya. Menurut
catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, dibedakan menjadi:
a.
Pada zaman Krta Yuga berlaku hukum
Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu
b.
Pada zaman Treta Yuga berlaku
hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Gautama
c.
Pada zaman Dwapara Yuga berlaku
hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Samkhalikhita
d.
Pada zaman Kali Yuga berlaku hukum
hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Parasara
Selanjutnya sejarah pertumbuhan
hukum hindu lebih jauh ditandai oleh adanya madzab, yaitu:
1.
Aliran Yajnyawalkya oleh
Yajnyawalkya
2.
Aliran Mitaksara oleh Yajnaneswara
3.
Dayabhaga oleh Jimutawahana
2.
Weda sebagai sumber hukum dalam
arti sosiologi
Masyarakat adalah kelompok
manusia pada daerah tertentu yang telah mempunyai aturan yang melembaga baik
berdasarkan tradisi maupun pengaruh-pengaruh baru lainnya. Pemikiran tentang
berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari pandangan-pandangan masyarakat
setempat
3.
Weda sebagai sumber hukum dalam arti formal

Dapat kita lihat susunan
sumber hukum dalam arti formal sebagai undang-undang, kebiasaan dan adat,
traktat, yurisprudensi, dan pendapat ahli hukum yang terkenal.
4.
Weda sebagai sumber hukum dalam
arti filsafat
Sumber hukum dalam arti
filsafat merupakas aspek rasional dari agama dan merupakan satu bagian yang tak
terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah ilmu pikir dan juga
merupakan pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran yang juga memberikan
pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan.
Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa
dharmasastra
1. Weda (Sruti).
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam
peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Setelah tulisan ditemukan,
para Rsi menuangkan
ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan.
2. Smrti (Dharmasastra).
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan
dengan Weda.
3. Sila
(tingkah laku orang suci).
4. Acara (Sadacara).
Sadacara berasal dari bahasa
Sansekerta,
dari kata Sat dan Acara. Sat adalah Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.
5. Atmatusti (Amanastuti).
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan
kebahagiaan rohani baik dalam upacara yadnya maupun dalam berbagai kegiatan
sehari-hari. Implementasi Atmanastusti dalam kehidupan masyarakat Bali,
misalnya dalam sebuah paruman desa adat.
@WEDA SRUTI
Weda Sruti adalah
kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui
pendengaran langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok Weda Sruti menurut
Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau weda orisinil. Menurut sifat
isinya, weda sruti dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1.
Bagian
mantra (Mantra Samhita)
Kitab Mantra atau
Mantra Samhita umurnya sangat tua dan merupakan dokumen umat manusia tertulis
yang tertua dan masih ada sampai sekarang. Kitab ini ditulis dalam bentuk syair
atau prosa liris, bahasanya bahasa Sansekerta Weda. Syair-syair tersebut
terkumpul dalam empat himpunan mantra yang masing-masing disebut samhita.
Keempat samhita tersebut disebut Catur Weda Samhita yang terdiri dari :
§ Rg. Weda atau Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan
mantra-mantra yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan. Rg. weda
terdiri dari 10.552 mantra, isinya syair-syair pujaaan. Kitab ini merupakan
Weda yang tertua dan yang terpenting, isinya terdiri dari 10 mandala.Pendeta
penyajinya disebut Hort (Horti).
§
Sama Weda atau Sama Weda Samhita merupakan
kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan atau
saman yang dinyanyikan waktu upacara. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Kata
sama berarti irama atau melodi. Pendeta penyajinya disebut Udgatr (Udgatri). Sama Weda terdiri
dari dua bagian, yaitu :

Ø Bagian Arcika terdiri dari mantra-mantra pujaan yang bersumber
pada Rg. Weda.
Ø Bagian Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat
tambahan. Kitab ini terdiri dari beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dari
kitab-kitab yang ada, yang masih dapat dijumpai antara lain Ranayaniya, Kutama,
dan Jaiminiya (Talawakara).
§ Yajur Weda atau Yajur Weda Samhita merupakan
kumpulan mantra-mantra yang memuat doa-doa pujaan atau pokok-pokok yadnya, yang
terdiri dari 1.975 mantra. Pendeta penyajinya disebut Adwaryu. Kitab ini terdiri atas dua
aliran, yaitu :
Ø Yajur Weda Hitam (Kresna Yajur Weda) yang terdiri atas beberapa resensi
yaitu Katakhassamhita, Mapisthalakathasamhita, Maitrayamisamhita, dan
Taithiriyasamhita (terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
Ø Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda juga dikenal Wajasaneyi Samhita).
Kitab ini terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Perbedaan pokok antara kedua Yajur Weda ini
terletak pada penggunaan mantra. Mantra pada yajur weda putih diucapkan sebagai
doa-doa dalam suatu upacara, sedangkan mantra pada Yajur Weda Hitam menguraikan
tentang arti dari upacara itu sendiri.
§ Atharwa Weda atau Atharwa Weda Samhita terdiri
dari 5.987 mantra. Diantara mantra-mantra itu banyak yang berbentuk prosa.
Isinya adalah tuntunan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan hidup
keduniawian. Banyak mantranya bersifat magis (Atharwan). Pendeta penyajianya
disebut Brahmana. Kitab ini terdiri dari Resensi
Saunaka dan Paipplada.
2.
Bagian Brahmana
(Karma Kanda)
Kitab-Kitab
Brahmana memuat ajaran tentang kewajiban-kewajiban hidup beragama.
Kewajiban-kewajiban ini antara lain kewajiban untuk melakukan upacara korban
atau yadnya. Setiap Kitab Suci Weda memilki kitab Brahmananya sendiri-sendiri.
Kitab Reg Weda memiliki dua buah kitab Brahmana yaitu: Aetareya Brahmana dan
Kausitaki Brahmana yang juga disebut Sankhyana Brahmana. Kitab yang pertama
terbagi atas 40 bab, sedangkan kitab yang kedua terdiri dari 30 bab. Kitab Sama
Weda memiliki beberapa kitab brahmana yaitu: Tandya Brahmana (Panca Wirusa),
Sadwirusa Brahmana, Adbhuta Brahmana. Kitab Yajur Weda memiliki dua kitab
brahmana yaitu: Taittiriya Brahmana (milik Sukla Yajur Weda). Kitab Atharwa
Weda memiliki kitab Gopatha Brahmana.
3.
Bagian
Upanisad/Aranyaka (Jnana Kanda)

Ø Upanisad yang termasuk Reg Weda berjumlah 10 Upanisad yaitu:
Aetareya, Kausitaki, Nada-Bindu, Atmaprabedha, Nirwana, Mudgala, Aksamalika,
Tripura, Saubhaya, dan Brahwrca Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Sama Weda berjumlah 16 Upanisad
yaitu: Kena, Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani,
Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawitri, Rudraksajabala, Darsana
dan Jabali Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Yajur Weda:
§ Yajur Weda Hitam berjumlah 32 Upanisad: Kanthawali,
Taittiriyaka, brahma, Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu,
Asartanada, Katagnirudra, Kausika, Sukharahasya, Tejebindu, Dyanabindu,
Brahmawidya, Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda, Sariraka, Yoga Sikha,
Ekasara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahredaya, Yogakundalini, Pancabrahma,
Pranagnihotra, Wahara, Kalisandraha, Ratnakhata dan Saraswatirasya Upanisad.
§ Yajur Weda Putih berjumlah 19 Upanisad:
Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa, Paramahamsa, Subata, Mantrika,
Niralambha, Trisikhibrahmana, Turiyatitah, Adwanyataraka, Pinggala, Bhiksu,
Adhyatma, Tarasara, Yadnyawalkya, Satyayani, Muktika dan Mandala brahmanaa
Upanisad.
Ø Upanisad yang termasuk Atharwa Weda Berjumlah 31
Upanisad: Prasna, Mundaka, Mandhuka, Atharwasria, Atharwasikha, Brhaajjabala,
Nrsimhatapini, Naradapariwrrjaka, Sita, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini,
Sandilya, Paramahamsa, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahma,
Tripuratapini, Dewi, bhawana, Brahma, Ganapati, Mahawakaya, Gopalatapini,
Krsna, Hayagriwa, Dattatreya, Garuda, Sarabha.
@WEDA SMRTI
Kitab Weda Smrti adalah kitab yang
ditulis berdasarkan ingatan yang
bersumber kepada Weda Sruti. Kitab ini dianggap sebagai kitab Hukum
Hindu yang didalamnya memuat tentang sariat Hindu yang disebut Dharma. Kerena
itu Kitab Smrti ini dinyatakan sebagai Kitab Dharmasastra. Dharma berarti hukum dan Sastra berarti ilmu.
Smrti dapat digolongkan kedalam dua kelompok:
1. Kelompok
Wedangga
Dilihat dari arti
kata, Wedangga terdiri dari dua kata yaitu Weda adalah Kitab Suci dan Angga
artinya badan (batang tubuh). Jadi, Wedangga artinya batang tubuh (badan) Weda.
Kitab Wedangga tidak terpisah dari weda, karena isi dan idenya lahir dari Weda.
Kitab ini akan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ada dalam Weda (badan
Weda). Kelompok Wedangga terdiri dari 6 bagian yang disebut Sad Wedangga, yang
terdiri dari:

Isinya memuat
petunjuk-petunjuk tentang tata cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta
tinggi rendahnya tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya yang
dihubungkan dengan berbagai resensi Weda Sruti.

Wyakarana sebagai
suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan menentukan karena untuk
mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan
bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran Wyakarana, bersumber pada kitab
Pratisakhya.

Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan Chanda semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Diantara berbagai jenis kitab Chanda, yang masih terdapat dewasa ini adalah dua buah buku, antara lain Nidana sutra dan Chandra sutra. Kitab terakhir itu dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.

Kelompok jenis
kitab Nirukta isinya terutama memuat berbagai penafsiran otentik mengenai
kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab tertua dari jenis ini dihimpun
oleh Begawan Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun 800 SM. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu:
1. Naighantukakanda,
memuat kata-kata yang sama artinya.
2. Naidhamakanda
(Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda.
3. Daiwatakanda
menghimpun nama Dewa-Dewa yang ada di angkasa, bumi dan surga.

Kelompok Jyostisa
merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang
diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yadnya. Isinya yang penting membahas
peredaran tata surya, bulan dan benda angkasa lainnya yang dianggap mempunyai
pengaruh dalam pelaksanaan Yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang masih kita
jumpai ialah Jyostisa Wedangga yang penulisanyan sendiri tidak dikenal.

Kelompok kalpa ini
merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang terpenting. Kitab kalpa
adalah jenis kitab Smrti (Wedangga) yang isinya berhubungan dengan kitab
Brahmanda dan kitab-kitab mantra. Kalpa terdiri empat kitab yang kebanyakan
isinya berhubungan dengan kitab-kitab Brahmana. Dan hanya sebagian kecil yang
berhubungan dengan kitab-kitab mantra.
2. Kelompok UpaWeda
Upa berarti
dekat/sekitar dan Weda dapat diartikan pengetahuan suci/kitab suci. Upa Weda
juga diartikan sebagai weda yang lebih kecil. Kitab Upa Weda memiliki fungsi
sama pentingnya dengan kitab-kitab Smrti yang lainnya. Kitab Upa Weda terdiri
dari beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :
v Itihasa
Itihasa adalah karya sastra yang
bersifat spiritual, dimana ceritanya penuh filsafat, roman, kewiraan, dan
mitologi sehingga memberi sifat kekhasan sebagai sastra spiritual. Idealisme
yang ada dalam kitab itihasa itu berpegang teguh kepada Dharma, sifat-sifat
kepemimpinan dengan asas Astabrata. Kitab Itihasa secara tradisional terdiri
dari kitab Ramayana (terdiri dari 7 kanda) dan Mahabharata (terdiri dari 18
parwa). Kedua kitab ini sangat terkenal di dunia dan digubah kedalam sastra
jawa kuno yang sangat indah. Ceritanya banyak diambil dalam bentuk drama,
pewayangan,seni pahat, seni lukis dan sebagainya.
§ Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang
dilukiskan didalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada zaman Tretayuga,
tetapi menurut para ahli lainnya, Ramayana telah selesai ditulis sebelum tahun
500SM. Diduga ceritanya telah populer sejak 3100SM. Ramayana merupakan epos
yang ditulis dalam bentuk stansa meliputi 24.000 buah stansa. Seluruh isi
dikelompokkan kedalam tujuh kanda yaitu Bala Kanda, Ayodnya Kanda, Aranya
Kanda, Kiskindha Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Uttara Kanda. Kitab ini
dikenal sebagai adikawya, sedangkan dalam berbagai bentuk versi baru, seperti
Ramayana Tatwa Padika ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Sri Rama,
dan Kekawin Ramayana oleh Mpu Yogiswara.
§ Mahabharata yang
sering disebut dengan istilah "wiracarita" terdiri atas 100.000 ribu
sloka dan dibagi menjadi 18 parwa, sehingga disebut asta dasa parwa. Menurut
tradisi, kejadian Bharatayudha diperkirakan pada permulaan zaman Kaliyuga.
Kitab Mahabharata menceritakan kehidupan keluarga bharata dan isinya
menggambarkan pecahnya perang saudara antara pandawa dengan korawa. Kitab ini
meliputi 18 buah parwa, yaitu Adi Parwa, Sabha Parwa, Wana Parwa, Wirata Parwa,
Udyoga Parwa, Bhisma Parwa, Drona Parwa, Karna Parwa, Satya Parwa, Sampti
kaparwa, Stri Parwa, Santri Parwa, Amsasana Parwa, Aswamedhi Kaparwa,
Asramawasi Kaparwa, Mausala Parwa, Mohaprasthani Kaparwa, Swargarohana Parwa.
Parwa ke-12 merupakan parwa terpanjang yang meliputi 14.000 stana. Mahabharata
ditulis oleh Bhagawan Wyasa.
v Purana
Kitab Purana
adalah bagian dari kitab-kitab Upaweda. Kitab Purana memuat ajaran suci dalam
cerita-cerita kuno dan perumpamaan untuk memudahkan penerapan dan pengertian
yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari serta bagi mereka yang tingkat
pikirannya belum tinggi. Juga menceritakan tentang "Case Low"
pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Sejarah penulisan Purana dimulai pada
tahun 500 SM. Dan mencapai kesempurnaan pada tahun 600 SM, ketika Maharaja
Harsa Wardana yang memerintah Negara Aryawarta.
Kitab-kitab purana sangat penting
karena bermanfaat untuk memahami garis-garis besar isi Weda. Menurut Wisnu
Purana III.6.24, suatu purana yang lengkap dan baik memuat lima macam pokok
isi, meliputi hal-hal sebagai berikut :





Isi kitab-kitab purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tata cara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra ke tempat-tempat suci. Adapun peranan penting dari purana ialah karena kitab-kitab ini memuat pokok-pokok ajaran mengenai ketuhanan.
v Artha Sastra
Kitab Artha Sastra berisikan tentang pokok-pokok pemikiran bidang ilmu politik atau ilmu pemerintahaan negara. Artha Sastra sebagai bagian dari kitab Upa Weda, ditulis oleh Bhagawan Brhaspati
v Ayur Weda
Kitab Ayur Weda
adalah kelompok kitab Upa Weda yang isinya menguraikan tentang bidang ilmu
kedokteran atau kesehatan baik rohani maupun jasmani. Adapun nama kitab yang
termasuk kelompok kitab ayur weda adalah kitab Caraka Samhita, Susruta Samhita,
Kasyapa Samhita, Astanggahrdaya, Yogasara, dan Kama Sutra.
Berdasarkan materi
yang terdapat dalam kitab Ayur Weda maka isi kitab Ayur Weda meliputi delapan
bidang ajaran umum, yaitu sebagai berikut :
1.
Salya adalah ajaran
mengenai ilmu bedah.
2.
Salkya adalah ajaran
mengenai ilmu penyakit.
3.
Kayakitsa
adalah ajaran mengenai ilmu obat-obatan.
4.
Bhuta Widya
adalah ajaran mengenai ilmu psikoterapi.
5.
Kaumara Bhrtya adalah
ajaran mengenai ilmu pendidikan anak-anak dan merupakan dasar bagi ilmu jiwa
anak-anak.
6.
Agada Tantra adalah
ajaran mengenai ilmu toksikologi.
7.
Rasayamatantra
adalah ajaran mengenai ilmu muhjizat.
8.
Wajikarana Tantra
adalah ajaran mengenai ilmu jiwa remaja.
v Gandharwa Weda
Kitab Gandharwa
Weda merupakan bagian dari kitab-kitab Upa Weda. Gandharwa Weda sebagai kitab
Smrti, juga memiliki beberapa bagian kitab, seperti: Natya Sastra, Natya
Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa, dan Rasaratnasamucaya. Kitab Gandharwa
Weda isinya menguraikan tentang berbagai aspek cabang ilmu seni.
v Kama Sastra
Kama Sastra
sebagai bagian dari jenis kitab Upa Weda isinya menguraikan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah. Didalam upaya
untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup, umat Hindu dipandang perlu untuk
membangkitkan rasa indah tersebut. Kebangkitan dari rasa indah manusia
terbentuk untuk berbakti kepada Sang Hayng Widhi, hendaknya dipedomani oleh
Kama Sastra. Karena dengan demikian asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu
terarah/bernilai positif adanya. Diantara kitab-kitab Kama Sastra yang terkenal
adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.
v Agama
Kitab agama itu
baru ada setelah agama hindu ada dan berkembang di dunia. menurut Weda, agama
Hindu dapat dipelajari ole seluruh umat manusia.
BAB
III PENUTUP
@Kesimpulan :
Veda berasal dari bahasa
Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu pengetahuan. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa
Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang
penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok
dalam mempelajari Sansekerta.
Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa dharmasastra
§ Weda
(Sruti).
Dalam ajaran
agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam
peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Setelah tulisan ditemukan,
para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke
dalam bentuk tulisan.
§ Smrti
(Dharmasastra).
Smrti
(Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan Weda.
§ Sila (tingkah laku orang suci).
§ Acara
(Sadacara).
Sadacara berasal
dari bahasa Sansekerta, dari kata Sat dan Acara. Sat adalah Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang
baik.
§ Atmatusti
(Amanastuti).
Atmanastusti
adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam upacara
yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi Atmanastusti
dalam kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah paruman desa adat.
@Saran :
Dalam melaksanakan Dharma
agama, umat Hindu menjadikan kitab suci Wedasebagai sumber ajaran/pedoman
hidup. Orang yang yakin dengan ajaran ini akan berfikirseribu kali untuk
berbuat dosa karena takut akan hasil yang diterima. Mereka akanmemegang teguh
Dharma sebagai pedoman hidup untuk dapat menciptakan kehidupanyang harmonis,
bahagia, lahir, dan batin.Upaya-upaya yang harus dilakukan umat Hindu untuk
menegakkan hukum adalahmelaksanakan ajaran agamanya dengan baik, seperti
melaksanakan Panca Sradha, TriKaya Parisudha, Tri Hita Karana, dan ajaran etika
lainnya. Hukum Hindu merupakanbagian dari hukum nasional dan berlakunya bagi
semua umat Hindu di Indonesiasepanjang ketentuan tersebut tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.
Daftar
Pustaka :
https://kimjongin93.wordpress.com/tag/hukum-hindu/ http://novitamahayeni.blogspot.co.id/2016/08/weda-sumber-hukum-hindu.html#more