Sabtu, 23 Juni 2018

OPINI MENGENAI GENERASI Z

LITERASI DIGITAL DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI Z


Akhir-akhir ini, Generasi Z telah menjadi topik perbincangan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, khususnya di daerah perkotaan. Belum banyak yang tahu mengenai generasi Z. Lalu apa itu generasi Z ? “Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. Generasi ini merupakan peralihan generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari generasi X dan Y.”(Sumber: Wikipedia). Generasi Z merupakan generasi yang terlahir pada zaman dimana keberadaan teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Pernyataan tersebut bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, banyak orang yang terlahir pada rentang tahun 1995 hingga 2010 pandai dalam mengoperasikan perangkat media digital. Berbagai macam fitur dapat diakses dengan begitu mudah dan cepat. Sejak kecil mereka sudah mengenal adanya internet dan social media. Perubahan-perubahan kecil pun tidak bisa dihindarkan, mereka tidak lagi menggunakan koran bahkan televisi sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi. Namun menempatkan social media dan berita online pada urutan pertama dalam mendapatkan informasi. Di tengah sebaran informasi di media digital, bahkan bisa dikatakan sebagai ‘tsunami informasi’, maka kemampuan literasi digital menjadi kemampuan strategis. Cornell University menjelaskan bahwa literasi digital adalah kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, berbagi, dan menciptakan konten dengan menggunakan teknologi informasi dan Internet.”Atau dengan kata lain, Literasi digital bermakna kemampuan berhubungan dengan informasi hipertekstual, dalam artian membaca non-sekuensial berbasis sistem komputer atau platform digital (Davis & Shaw, 2011). Dengan demikian, kemampuan analisa menjadi sesuatu yang penting. Dalam ungkapan Gilster (2007), literasi digital dimaknai sebagai kemampuan membaca, memahami dan analisa berbagai sumber digital. Seperti halnya, Informasi hoax yang bertebaran, perlu diantisipasi dengan kemampuan memilah dan membaca secara analitik, agar mendapatakan informasi yang valid. Kemampuan mencari sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, menjadi sangat penting di tengah percepatan teknologi digital saat ini. Dengan demikian, kemampuan membaca masyarakat Indonesia, terutama generasi muda perlu diarahkan dengan kecerdasan memahami arus informasi digital dan keadaban bermedia sosial. Kecerdasan menggunakan platform media digital, ketepatan menyebarkan gagasan, sekaligus kejelian mengakses informasi merupakan kecakapan penting pada lini transformasi media sosial kini. Untuk itu, literasi digital perlu didorong sebagai mekanisme pembelajaran, yang terstruktur dalam kurikulum, atau setidaknya terkoneksi dengan sistem belajar-mengajar. Literasi digital juga menjadi bagian dari rencana jangka panjang UNESCO. Dalam roadmap UNESCO (2015-2020), literasi digital menjadi pilar penting untuk masa depan pendidikan. Literasi digital menjadi basis pengetahuan, yang didukung oleh teknologi informasi yang terintegrasi. Selanjutnya, kreativitas pengajar sangat strategis untuk pengembangan pendidikan karakter di era cyber. Maka dalam rangka membangun karakter di era digital ini, literasi digital perlu juga disisipi aspek afektif. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hal itu diimplementasikan dalam penguatan pendidikan karakter?
Pertama, literasi digital diprogramkan terlebih dahulu dalam struktur kurikulum di sekolah. Apabila selama ini gerakan literasi sekolah telah digencarkan dengan pembiasaan membaca 15 menit sebelum pelajaran, maka pada waktu yang sama, anak-anak perlu dikenalkan tentang literasi digital untuk variasi kegiatan gerakan literasi. Di dalam pelajaran Bahasa misalnya, ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai siswa seperti membaca, menyimak, dan menulis. Jika dihubungkan dengan literasi digital maka keterampilan membaca, menyimak, dan menulis dilakukan dengan media digital seperti melalui komputer, internet (blog, media social, web), dan telepon pintar. Anak-anak dapat diajak untuk membedakan berita bohong dan berita benar yang tersebar di internet. Selain itu dapat memberitahukan alamat-alamat situs yang bermanfaat untuk pembelajaran dan cara penggunaannya. Salah satu contoh media literasi digital yaitu dengan adanya E-book, dimana anak- anak dapat membaca buku secara online.
Kedua, penyampaikan materi literasi digital yang sistematis dan terstruktur. Materi- materi dalam literasi digital bisa dimulai dengan bagaimana berperilaku bijak menggunakan sosial media, mengenali berita hoax, mengakses internet sehat, cybercrime dan yang lainnya. Tentu saja agar mampu membimbing anak-anak dalam literasi digital, guru pun juga dituntut literate. Jadi pembimbingan literasi digital ini bisa menjadi sarana penting untuk membangun kesadaran anak-anak tentang pentingnya menjaga etika saat berinteraksi di dunia maya.
Ketiga, Kampanye literasi digital secara masif, dengan meningkatkan kemampuan analitik di tengah progresifnya teknologi digital dan menumbuhkan kecerdasan bermedia sosial, akan mengarahkan lintas generasi bangsa ini pada pemanfaatan teknologi, bukan sampah media sosial beserta energi kebencian yang menyertainya. kampanye literasi digital juga perlu menggandeng komunitas-komunitas kreatif dan organisasi masyarakat berbasis pendidikan yang dapat menyebarkan gagasan, meningkatkan kemampuan dan mengeksekusi gerakan masif untuk cerdas bermedia sosial. Menggandeng komunitas lain bisa menjadi pembelajaran yang menarik untuk anak-anak.
Keempat, tauladan dari guru. Di tengah perkembangannya, literasi digital ini juga harus menjadi media untuk anak bangsa bahwa belajar langsung kepada seorang guru yang tepat juga menjadi bekal dalam mengarungi dunia digital. Karena, bekal ini akan bermanfaat bagi generasi bangsa untuk mengisi dunia maya dengan konten-konten positif dalam rangka membangun Indonesia yang kuat dan agama yang lebih ramah untuk kehidupan bersama. Akan sia-sia rasanya kita membangun literasi ini tapi bapak ibu guru masih belum mampu memberi tauladan yang baik ketika berinteraksi dalam dunia maya.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan digital mampu menjangkau luas berbagai elemen bangsa untuk mengakses pendidikan seluas-luasnya melalui inovasi pendidikan melalui berbagai platform aplikasi digital. Artinya, perkembangan digital dalam dunia pendidikan merupakan salah satu langkah mewujudkan gagasan literasi digital. Generasi Z yang mempunyai karakter lebih dominan dalam mengakses informasi melalui internet ketimbang buku harus diimbangi dengan konten-konten dan aplikasi positif dalam dunia pendidikan. Literasi digital diharapkan menjadi basis pengetahuan yang didukung oleh teknologi informasi yang terintegrasi, untuk membentuk karakter positif generazi z.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar